Jumat, 11 Januari 2013

"Cinta Kasih yang Padam" Oleh: Fauzi Aziz


Ilustrasi
Ilustrasi

Terbit 11 Januari 2013 - 09:17 WIB - MANUSIA diciptakan Tuhan berpasang-pasangan, laki dan perempuan. Diberikan anugerah akal, pikiran, dan perasaan agar ketiga unsur kekuatan ini dipergunakan satu sama lain, saling memuliakan, saling menghormati, saling membantu, dan saling mengasihani demi kebajikan bersama.


Oleh karena itu, akal, pikiran, dan perasaan harus digunakan secara seimbang, selaras dan serasi agar harmoni kehidupan manusia dapat terkelola dengan baik. Tidak mudah memang mewujudkannya, karena manusia juga punya emosi dan nafsu yang dalam proses perjalanannya seringkali “bertabrakan” dengan nalar sehat dan perasaan halusnya.

Realitas kehidupan dengan lingkungannya yang baik atau buruk adalah kawah candradimuka-nya kehidupan manusia di dunia. Suka tidak suka, sadar atau tidak sadar, realitas itu dapat berpengaruh dalam pandangan hidup dan perbuatannya. 

Sekarang ini, kita sedang mendapatkan berbagai ujian dan tantangan kehidupan yang beragam bentuknya. Yang terjadi adalah soal aneka ragam perilaku manusia,yang menjurus ke perilaku yang buruk merugikan manusia yang lain, bisa sesama keluarganya sendiri maupun anggota masyarakat lain. 

Bentuknya, antara lain, yang saat ini muncul ke permukaan adalah tindakan kekerasan antarsesama manusia. Kekerasan dalam berbagai ragam tindakan: pembunuhan, pembantaian, penyiksaan, penculikan, penyanderaan, dan lain-lain. Hasilnya berupa kesengsaraan, penderitaan sampai kematian.

Peristiwa kemanusiaan semacam itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Sepertinya manusia telah gagal mengelola energi positifnya untuk menggunakan akal dan pikiran sehat, serta perasaan halusnya menjalankan misi kemanusiaan, yang dasarnya adalah cinta kasih.

Pikiran Sehat
Cinta kasih seakan-akan hanya sebuah fatamorgana, indah dari kejauhan, begitu kita dekati hilang tak berbekas. Cinta kasih memang bukan untuk diburu dan dikejar-kejar. Cinta kasih adalah sebuah proses ritual yang dipandu dan dibentuk oleh kalbu yang tulus, jujur, dan ikhlas tanpa ada satu titik pun cacat dan celanya.

Secara visual kasat mata dan sangat original tidak imitasi mencuat dalam bentuk tindakan yang digerakkan oleh nalar dan pikiran sehat. Mencintai adalah memberikan dan berarti harus ada pengorbanan diri yang jujur, tulus dan ikhlas. Siap menderita untuk kebaikan sesama manusia. Tapi, cinta kasih ternyata tidak selamanya bersinar dan bisa juga hilang seperti fatamorgana.

Bisa berbalik menjadi petaka yang berujung pada bentuk kekerasan yang menggulung habis makna cinta dan kasih. Rupanya manusia sangat egois, suka mementingkan diri sendiri. Merasa benar sendiri, sehingga kurang peduli sesamanya. 

Alhasil, manusia secara sadar atau tidak telah melawan kodrat, inilah yang mengakibatkan terjadinya penggerusan cinta kasih pada manusia, yang digerakkan oleh energi negative, dan berakhir dengan padamnya cinta kasih. Akibat lebih lanjutnya, hidup manusia menjadi nista kalau tidak mau dibilang sia-sia.
Tapi, anggap saja kesimpulan itu adalah sebuah ilusi atau fatamorgana, karena cinta kasih itu memang ada dan tidak pernah padam. Tangan dan ulah manusia yang membuat cinta kasih itu bisa padam. Ayo, kita bangun negeri ini dengan penuh cinta kasih. Hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan landasan cinta kasih.***

Berita: Buah Bibir
Topik: cinta kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar