Ilustrasi
Terbit 11
Januari 2013 - 09:17 WIB - MANUSIA diciptakan Tuhan
berpasang-pasangan, laki dan perempuan. Diberikan anugerah akal, pikiran, dan
perasaan agar ketiga unsur kekuatan ini dipergunakan satu sama lain, saling
memuliakan, saling menghormati, saling membantu, dan saling mengasihani demi
kebajikan bersama.
Oleh karena
itu, akal, pikiran, dan perasaan harus digunakan secara seimbang, selaras dan
serasi agar harmoni kehidupan manusia dapat terkelola dengan baik. Tidak mudah
memang mewujudkannya, karena manusia juga punya emosi dan nafsu yang dalam
proses perjalanannya seringkali “bertabrakan” dengan nalar sehat dan perasaan
halusnya.
Realitas
kehidupan dengan lingkungannya yang baik atau buruk adalah kawah
candradimuka-nya kehidupan manusia di dunia. Suka tidak suka, sadar atau tidak
sadar, realitas itu dapat berpengaruh dalam pandangan hidup dan perbuatannya.
Sekarang
ini, kita sedang mendapatkan berbagai ujian dan tantangan kehidupan yang
beragam bentuknya. Yang terjadi adalah soal aneka ragam perilaku manusia,yang
menjurus ke perilaku yang buruk merugikan manusia yang lain, bisa sesama
keluarganya sendiri maupun anggota masyarakat lain.
Bentuknya,
antara lain, yang saat ini muncul ke permukaan adalah tindakan kekerasan
antarsesama manusia. Kekerasan dalam berbagai ragam tindakan: pembunuhan,
pembantaian, penyiksaan, penculikan, penyanderaan, dan lain-lain. Hasilnya
berupa kesengsaraan, penderitaan sampai kematian.
Peristiwa
kemanusiaan semacam itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara
lain. Sepertinya manusia telah gagal mengelola energi positifnya untuk
menggunakan akal dan pikiran sehat, serta perasaan halusnya menjalankan misi
kemanusiaan, yang dasarnya adalah cinta kasih.
Pikiran Sehat
Cinta kasih
seakan-akan hanya sebuah fatamorgana, indah dari kejauhan, begitu kita dekati
hilang tak berbekas. Cinta kasih memang bukan untuk diburu dan dikejar-kejar.
Cinta kasih adalah sebuah proses ritual yang dipandu dan dibentuk oleh kalbu
yang tulus, jujur, dan ikhlas tanpa ada satu titik pun cacat dan celanya.
Secara
visual kasat mata dan sangat original tidak imitasi mencuat dalam bentuk
tindakan yang digerakkan oleh nalar dan pikiran sehat. Mencintai adalah
memberikan dan berarti harus ada pengorbanan diri yang jujur, tulus dan ikhlas.
Siap menderita untuk kebaikan sesama manusia. Tapi, cinta kasih ternyata tidak
selamanya bersinar dan bisa juga hilang seperti fatamorgana.
Bisa berbalik
menjadi petaka yang berujung pada bentuk kekerasan yang menggulung habis makna
cinta dan kasih. Rupanya manusia sangat egois, suka mementingkan diri sendiri.
Merasa benar sendiri, sehingga kurang peduli sesamanya.
Alhasil,
manusia secara sadar atau tidak telah melawan kodrat, inilah yang mengakibatkan
terjadinya penggerusan cinta kasih pada manusia, yang digerakkan oleh energi
negative, dan berakhir dengan padamnya cinta kasih. Akibat lebih lanjutnya,
hidup manusia menjadi nista kalau tidak mau dibilang sia-sia.
Tapi, anggap
saja kesimpulan itu adalah sebuah ilusi atau fatamorgana, karena cinta kasih
itu memang ada dan tidak pernah padam. Tangan dan ulah manusia yang membuat
cinta kasih itu bisa padam. Ayo, kita bangun negeri ini dengan penuh cinta kasih.
Hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan landasan cinta
kasih.***
Berita: Buah
Bibir
Topik: cinta kasih
Topik: cinta kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar