Minggu, 05 Juni 2016

LA NINA SEJUKKAN BULAN PUASA

Blog Sita: "Banjaran Kasih"
Senin, 06 Juni 2016 - 12:30 WIB

RADAR BOGOR - Sabtu, 4 Juni 2016 - Jakarta :  Bulan puasa tahun ini agak berbeda dengan 2015 lalu. Tahun ini diperkirakan lebih sejuk. Fenomena La Nina diprediksi muncul menggantikan El Nino, pada musim kemarau 2016 nanti.

Kepala Badan Meteoologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menjelakan, musim kemarau tahun ini diperkirakan sangat singkat. Dimana, dimamikan El Nino di atmosfer juga sudah meluruh jadi netral. Sampai saat ini saja, belum semua wilayah menunjukkan peralihan musim kemarau. Tercatat, baru 31,6 persen daerah yang sudah mengalami perubahan musim hujan. Sisanya, masih mengalami musin hujan. Padahal, musim kemarau diprediksi muncul pada akhir Maret – September.

“Saat ini seperti sudah masuk La Nina, tapi terpantau masih sangat netral,” tuturnya dalam acara persiapan angkutan lebaran, di Kementerian Perhubungan, kemarin (3/6).

Andi mengatakan, kemungkinan fenomena La Nila menggantikan El Nino yang cukup kuat memang besar. Dari data statistik selama 50 tahun terakhir, 75 persen El Nino akan diikuti La Nina. Dengan kata lain, curah hujan akan tinggi saat La Nina nanti.

La Nina diprediksi muncul Juli – September,” tuturnya.

Menurutnya, tahun ini akan cukup menarik. Karena, munculnya La Nina hampir bersamaan dengan dipole mode negatif. Yakni, kondisi di mana suhu permukaan laut di bagian Barat Sumatera lebih hangat dari suhu permukaan laut Pantai Timur Afrika, sehingga menyebabkan pasokan uap air bertambah dan curah hujan tinggi untuk Sumatera bagian Barat. Sumatera bagian Selatan serta Jawa pada periode Juni – Juli. “Ini yang kita sebut dengan kemarau basah. Sehingga puasa nanti tidak sepanas tahun lalu, lebih sejuk,” ungkapnya.

Akan tetapi, kondisi ini harus diantisipasi. Sebab, periode mudik lebaran juga akan terdampak. Pada bulan Juli kondisi cuaca diprediksi banyak berawan. Salah satunya, awan-awan yang bisa menyebabkan resiko turbulensi. Kondisi ini terjadi di Indonesia bagian Barat dan Kalimantan.

“Harus waspada. Tinggi gelombang juga diprediksi mencapai 4 – 6 meter di Barat Sumateradan Selatan Jawa,” ungkapnya. Selain itu, curah hujan yang mencapai 50 mm/hari menyebabkan momen lebaran bakal dilewati dengan curah hujan tinggi.

Terkait ramalan cuaca tersebut, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suprasetyo meyakinkan bahwa hal ini dapat diatasi. Dia mengatakan, setiap pesawat memiliki radar yang bisa mendeteksi kondisi tersebut. ditambah lagi, kemampuan pilot yang sudah mumpuni untuk menghadapi ancaman tersebut. “Tentu akan kita antisipasi,” paparnya.

Pihaknya sendirisudah mulai melakukan pemeriksaan pada 526 pesawat untuk angkutan lebaran. Ramp check dilakukan di 25 bandara di Indonesia. “Tahun ini pak Menteri Perhubungan minta semuanya diperiksa. Tidak lagi sampling. Ini untuk safety, ya!” jelasnya.

Penumpang pesawat udara sendiri diprediksi sebanyak 6.972.069 penumpan, yang terbagi menjadi 6.099.659 penumpang domestik dan sisanya, 872,410 penumpang internasional. Jumlah ini naik 7,62 persen dari tahun lalu.

Spesialis neuroscience dari University California Irvine, Taruna Ikrar mengatakan, umat muslim harus maksimal dalam menunaikan ibadah puasa. Dalam kajian ilmu tentang otak, berpuasa selama 30 hari bisa memperbaiki struktur otak. “Jadi teori ilmiahnya, selama puasa otak akan mendapatkan rangsangan atau stimulus positif,”  jelasnya di Jakarta kemarin (3/6).

Selama menjalankan puasa, di Islam atau puasa di agama lain, seseorang akan mengalami perubahan di bagian sinaptik otaknya. Sinaptik ini adalah penghubung antara neuron-neuron yang ada di dalam otak manusia. Nah, selama berpuasa sinaptik itu akan mendapatkan rangsangan yang positif.

Perubahan yang kedua biasa disebut neurogenesis. Akademisi jebolan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu menjelaskan, neorogenesis adalah proses penumbuhan atau regenerasi neuron-neuron. Di enam jam terakhir selama berpuasa. Taruna mengatakan, terjadi rangsangan dari metabolisme tubuh untuk penumbuhan neuron-neuron baru. Nah, neuron yang baru tumbuh ini, akan membawa memori positif menggantikan neuron yang sudah mati.

Proses perubahan ketiga adalah neurokompensasi. Dia menjelaskan, neurokompensasi adalah akumulasi dari munculnya neuron-neuron baru yang membawa memori positif. Setelah terakumulasi cukup banyak, neuron yang membawa memori positif ini bisa membawa manusia untuk berperilaku lebih baik dibanding sebelum menjalani puasa.

Kunci dari kajiang perkembangan neuron selama puasa itu, tidak sebatas urusan biologi saja. selama proses pertumbuhan neuron baru, manusianya tetap mendapatkan input atau rangsangan yang positif. Jika di dalam Islam, bisa dengan mengikuti pengajian-pengajian atau khutbah keagamaan. Jadi, puasa bisa membawa seseorang menjadi insan yang lebih baik, itu juga ada kajian ilmiahnya dari sisi neuroscience.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan bahwa masyarakat sudah semakin dewasa dan memahami perbedaan ritual keagamaan. Bila awal puasa tahun ini berbeda pun, dia yakin tidak akan ada gejolak di tengah masyarakat. Warga tetap teduh dalam perbedaan. “kalau perbedaan awal Ramadhan itu tidak kelihatan. Yang kelihatan kalau berbeda lebaran. Satu sudah pakai pakaian baruyang lain belum,” ujar JK di IstanaWakil Presiden, kemarin (3/6).

Dia menekankan bahwa seluruh masyarakat juga harus saling menghormati, yang puasa menghormati yang tidak puasa, begitu juga sebaliknya. “Yang tidak puasamenghormati dengan tidak merokok. Kantin juga tutup,” tambah dia.

Namun, ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu mengingatkan kalau perbedaan dalam ibadah seperti penentuan awal Ramadhan atau Lebaran itu tentu tidak bisa dikompromikan. Itu sama halnya dengan mengkompromikan halal dan haram. Orang yang yakin bahwa waktunya lebaran tentu haram hukumnya untuk berpuasa.

“Kalau dagang bisa kita  kompromikan. Ibadah susah dikompromikan. Tidak apa-apa yang penting rukun-rukun saja,” ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar itu. (mia/jun)

Sumber:
RADAR BOGOR
Edisi: Sabtu, 4 Juni 2016

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 05 Juni 2016 – 11:08 WIB