Kamis, 24 Januari 2013

Why sex education matters



Lucy Emmerson | guardian.co.uk | Thursday 24 January 2013 12.26 GMT

Photograph: Veer/Getty Images
 A year-old campaign is calling for good quality lessons that explain more than just the biology of puberty and reproduction
 
Sex education has mattered to a lot of people for a long time. This year, the Sex Education Forum hosted by the National Children's Bureau, celebrates 25 years since its launch. SEF was born with eight members, including three religious organisations. Journalists were sceptical that we would agree on much and certainly not about teaching topics such as homosexuality and abortion. Teachers, however, responded enthusiastically, expressing their feelings of isolation and frustration at the lack of support for their work.
Over the years people have argued that sex education must be more than just the biology of puberty and reproduction, and must look at the real life context too – ie relationships. So SEF and others have called for compulsory sex and relationships education (SRE) to be taught to all children and young people from primary schools upwards.

One young person told us sex education matters because "without it, we'd still be giggling uncomfortably whenever anything to do with sex is mentioned". The word "sex" seems to be a problem, but it shouldn't be. Sexuality is an intrinsic part of being human and sexual development is a normal part of growing up. Some primary schools call the topic "growing up" and this can be more meaningful to young children and more comfortable for adults. It doesn't matter what it is called as long as it is happening, and by "it" we mean learning about family, friendships, staying safe, healthy relationships, puberty, sexual health and more.

Sex education matters in primary schools because four-year-olds ask where babies come from, five-year-olds browse the internet and six-year-olds want to be popular with their friends. Sex education matters at home because children want their parents to be the first people to talk to them about growing up, sex and relationships. Yet many parents say they lack confidence to answer their children's questions frankly. Sex education matters in secondary schools especially because this is a time when young people come under new pressures from their peers and are reaching for more independence and considering their own views on love, romance and what is acceptable or unacceptable for them.

Today, the consensus of support for SRE is bigger and broader than ever before. SEF represents diverse voices from more than 75 religious, family, youth, disability, health and education organisations. All our member organisations believe sex education matters. For example, Kids, a charity working with young disabled people, joined SEF because clients said their experiences of SRE were "too late" and they were "talked at rather than listened to".

Around 20,000 young people took the time to answer a UK youth parliament survey about SRE; more than a third said their SRE was "bad" or "very bad". That was in 2008 and young people are still saying the same today.
There are signs that SRE is improving but progress is too slow and too patchy. In some primary schools the only SRE is one lesson about puberty taught in the summer term before moving to secondary school and sometimes that will be for the girls only. In other areas primary and secondary schools have worked together to plan a comprehensive curriculum that grows with the child and builds vocabulary and knowledge at an appropriate pace.

It is encouraging that MPs from all parties attended a recent Westminster Hall debate to talk about personal, social, health and economic (PSHE) education with loud support for making relationships education part of every child's learning. Ann Coffey MP said "the knowledge that PSHE gives children will help prevent further Rochdale and Jimmy Savile scandals" and she is right. The evidence shows that young people who have had comprehensive SRE that starts early and is taught by trained educators are more likely to have sex for the first time at an older age, with a partner of a similar age and use contraception.

To highlight the consensus that sex education matters and to press for the political support needed to get good quality SRE in all classrooms, we are running 12 months of online discussion and debate.
(Lucy Emmerson is co-ordinator of the Sex Education Forum)

Pembangunan Berdasarkan Cinta Kasih



FAUZI AZIS | TUNAS BANGSA, 14 JANUARI2013 | 16:04 WIB
DALAM lecture, rasanya tidak dikenal nomenklatur seperti judul opini ini, yakni pembangunan berdasarkan cinta kasih. Yang selama ini banyak dibicarakan antara lain adalah istilah pembangunan berwawasan lingkungan atau belakangan sering disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan.
Yang terkini ini adalah istilah pembangunan inklusif. Zaman Orba kita juga mengenal istilah pembangunan manusia seutuhnya. Yang pasti, semua konsep pembangunan yang disebut tadi intinya sama, yakni berusaha mencari jawaban atas berbagai masalah pembangunan yang dihadapi oleh hampir semua bangsa dan negara di dunia.

Sampai-sampai di PBB, kita kenal ada satu lembaga yang spesial mengurus soal pembangunan, yakni UNDP (United Nation Development Progam). Tapi apakah segudang kebijakan dan progam yang dijalankan oleh PBB atau bangsa-bangsa lain di dunia dengan berbagai model pembangunan dapat menuntaskan segala macam isu masalah pembangunan? Tentu tidak. Tapi pasti ada yang berhasil ada pula yang gagal. Dan ini terjadi karena dinamika kehidupan itu sendiri bersifat dinamis. 

Ada yang mengatakan bahwa pembangunan itu pada dasarnya perubahan. Perubahan itu selalu dinamis dan segala macam bentuk perubahan selalu diarahkan agar kehidupan di segala bidang menjadi lebih baik, lebih maju dan lebih memberikan harapan hidup bagi segenap mahluk ciptaan Tuhan, apakah manusia, hewan dan tumbuhan.

Manfaatnya harus dirasakan oleh mereka secara adil dan merata. Tidak bisa hanya bermanfaat bagi manusia saja atau sekelompok manusia tertentu. Jika demikian yang terjadi, maka keseimbangan, keselarasan dan keserasian pasti akan terganggu dan pasti akan menimbulkan ancaman dan gangguan dalam habitat kehidupan.

Konsep atau model pembangunan manapun tidak ada yang sempurna karena manusia punya keterbatasan, tapi pada saat yang sama juga punya kepentingan besar maupun kecil. Celakanya lagi, manusia juga punya nafsu/sahwat yang tidak selamanya baik. Nafsu serakah, mau menang dan enak sendiri, ingin menjadi mahluk yang paling berkuasa di muka bumi dan nafsu-nafsu yang lain seperti nafsu “kebinatangan” yang suka muncul menjadi perilaku menyimpang.

Oleh sebab itu, janganlah heran kalau konflik sosial, kerusakan alam dan lingkungan dll di sepanjang masa kehidupan di muka bumi, terus terjadi dengan intensitas dan skala yang berbeda-beda. Apa jawabanya agar semuanya bisa diatasi. Jawabnya adalah bahwa pembangunan itu harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan cinta kasih. Pun di dalam pengawasan dan pengendaliannya harus juga berdasarkan semangat menegakkan nilai cinta kasih, bukan asal gebuk yang ujungnya hanya akan mendatangkan perlawanan.

Pembangunan yang mengedapankan nilai cinta kasih akan lebih mampu mengatasi masalah manusia dan kemanusiaannya, seperti soal kemiskinan dan pengangguran, keterbelakangan pendidikan dan kesehatan. Konflik sosial yang bersifat vertikal, horizontal dan diagonal-pun akan dapat diatasi. 

Demikian pula kerusakan alam dan lingkungannya akan tidak terus tergerus oleh erupsi tingkah manusia yang tidak pernah memiliki sense of love dalam hidupnya. Value of love adalah fitroh manusia, bukan hanya untuk kepentingan sesama manusia itu sendiri,tetapi berlaku juga bagi cinta kasih antara manusia dengan mahluk hidup lainnya seperti binatang, tumbuhan dan lingkungannya, yaitu tanah, hutan, air, sungai, danau, laut, oksigen dan udara.

Pembangunan berkelanjutan, pembangunan inklusif, pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan berkeadilan harus bersumber dari konsep pembangunan berdasarkan cinta kasih (development based value of love). GDP dan GNP penting. Pro-growth;pro-poor;pro-job;dan pro-enviroment yang mengakomodasi value of love, hasil yang diharapkan seperti tergambar dalam 4 misi tersebut akan lebih bisa menjawab isu masalah pembangunan yang dihadapi oleh bangsa ini dan bangsa-bangsa lain di dunia. ***

Berita: Buah Bibir
Topik: pembangunan


Pesona Anak-Anak dalam Sastra


Oleh Maria Magdalena Bhoernomo | Sabtu, 19 Januari 2013
Karya-karya sastra yang sangat populer dan bahkan fenomenal ternyata mengangkat tokoh anak-anak. Misalnya, dongeng-dongeng karya HC Andersen, novel serial Harry Potter karya JK Rowling dan kumpulan cerpen Palestine's Children karya Ghassan Kanafani menjadi karya best seller tingkat internasional karena mengangkat tokoh anak-anak. Begitu juga novel Laskar Pelangi dan novel-novel lain karya Andrea Hirata, yang menjadi best seller, karena mengangkat tokoh anak-anak.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sastra dengan tokoh anak tidak bisa diremehkan. Dengan kata lain, sastra dengan tokoh anak ternyata memang penuh pesona, karena hadirnya tokoh anak-anak dengan keistimewaan-keistimewaan yang sudah pasti sangat menarik. Pembaca terpuaskan karena seolah-olah berjumpa dengan narasi dan deskripsi tentang dunia anak-anak yang maha indah. Keterpesonaan pada narasi dan deskripsi tokoh anak-anak dalam sastra, bagi kalangan pembaca dewasa khususnya, juga bisa saja menjadi suatu pengalaman imajinatif yang paling indah dalam kehidupannya. Ini berdasarkan banyak fakta bahwa masa kanak-kanak adalah sorga yang hilang bagi banyak orang yang sudah dewasa. Pengalaman menemukan sorga yang hilang, betul-betul menyenangkan bagi pembaca sastra yang mengangkat tokoh anak-anak. Hal ini sudah tentu telah dimengerti oleh penulisnya. Dan oleh karenanya, penulis sastra dengan tokoh anak umumnya sengaja memilih bahasa yang simpel tapi unik dan puitis agar mudah dicerna tapi sulit dilupakan oleh kalangan pembacanya di segala usia. Misalnya, frasa-frasa dalam novel Laskar pelangi banyak yang puitis tapi simpel sehingga mudah dicerna oleh kalangan pembaca segala usia. Dan adanya kosakata-kosakata baru juga disertai dengan penjelasan artinya sehingga pembaca tak perlu salah paham atau kesulitan memahaminya.

Sastra dengan tokoh anak memang penuh pesona dan tidak bisa diremehkan, karena ditulis dengan mematuhi norma-norma sastra konvensional. Misalnya, alur cerita jelas, deskripsi penokohannya tegas dan seting atau latarnya bernas. Dengan demikian sastra dengan tokoh anak bukan termasuk fiksi yang gelap atau remang-remang yang syarat multitafsir.

Bagi kalangan kritikus sastra, boleh saja menilai sastra demikian cenderung lemah secara leterer. Maksudnya tentu lemah dalam hal eksporasi ide dan imajinasi liar yang memberi peluang seluas-luasnya bagi pembaca untuk mencoba menafsirkannya. Tapi kelemahan leterer tidak serta merta layak dijadikan vonis untuk merendahkannya. Selama ini, kalangan kritikus sastra memiliki kecenderungan sikap seperti pria hidung belang yang gemar mengunjungi lokalisasi pelacuran. Mereka selalu datang dengan satu harapan: semoga ada yang baru. Harapan demikian telah menghapus sikap apresiatif terhadap semua yang telah menjadi bagian masa lalu atau menjadi barang lama. Sikap seperti pria hidung belang tentu bukan milik pembaca awam. Dengan kata lain, bagi pembaca awam, setiap membaca sastra bertokoh anak adalah kesempatan berwisata ke "sorga yang hilang" dengan cerita dan tokoh lain tapi bukan baru. Dan lazimnya, sastra yang disukai pembaca dewasa adalah yang bisa mengajak berfantasi menikmati masa kanak-kanak yang indah. Dengan norma sastra yang serba konstan, sastra dengan tokoh anak tidak perlu ditimbang-timbang berat ringannya dengan rumus-rumus leterer yang terlalu rumit. Bahkan, sastra demikan tidak selayaknya dibandingkan dengan sastra remaja atau dewasa yang sengaja ditulis dengan semangat propaganda terhadap nilai-nilai atau ideologi sosial politik tertentu. Meski demikian, sastra dengan tokoh anak bukan berarti pepesan kosong yang tak berisi propaganda atau misi. Bahkan sastra demikian umumnya ditulis dengan semangat menawarkan misi kemanusiaan yang abadi (humanisme universal) sehingga akan tetap relevan menjadi bacaan untuk semua generasi.

Sastra dengan tokoh anak memang mempesona dan tidak bisa diremehkan, tapi faktanya sering diabaikan oleh kalangan kritikus sastra. Dan sejauh ini, banyak karya sastra demikian belum mendapat respon proporsional dari kalangan kritikus sastra yang kredibel. Kesannya kemudian selalu klise: bahwa kalangan kritikus sastra bagaikan hidup di menara gading yang tak mudah tergiur riuhnya dunia di sekelilingnya. Dengan kata lain, kalangan kritikus sastra cenderung antipati terhadap apresiasi yang telah ditunjukkan oleh khalayak. Bahkan seolah-olah selera khalayak yang terpesona kepada sastra bertokoh anak dianggap tidak penting dan tidak mampu mendorong kritikus untuk menulis kritik yang proporsional untuk sastra anak.

Layak dicurigai, betapa kecenderungan antipati terhadap sastra bertokoh anak bisa jadi sengaja dipilih oleh kalangan kritikus sastra untuk tetap mempertahankan hegemoni nilai-nilai tertentu meski nyata-nyata berseberangan dengan selera khalayak. Dalam hal ini, selera khalayak akan cenderung dianggap rendah dan tidak layak dicatat dan diapresiasi. Efeknya, sudah pasti akan merugikan dunia sastra secara keseluruhan. Misalnya, sastra yang baik menurut kritikus sastra bisa jadi tidak menarik bagi khalayak, sehingga jarang ada karya sastra yang berkualitas menjadi best seller. Dengan demikian, antipati terhadap sastra bertokoh anak-anak tidak selayaknya dipertahankan oleh kalangan kritikus sastra. Sudah saatnya sastra demikian juga dikritik secara proporsional sehingga dunia sastra menjadi cerah di masa-masa mendatang.

*) Maria Magdalena Bhoernomo, Penikmat sastra, tinggal di Kudus, Jateng.



Selasa, 22 Januari 2013

Keseimbangan Menjadi Orangtua dan Seks Oleh Doctissimo

Photo by: istockphot

Berhati-hatilah, jangan sampai kehidupan seks Anda dikorbankan demi mempersiapkan diri menjadi orangtua! Kebiasaan itu bisa menyita waktu bercinta Anda, jika Anda tidak hati-hati, akan bermetamorfosis menjadi rutinitas sehari-hari yang menjemukan mulai dari popok, botol, kelelahan hingga frustrasi.

Seksualitas Anda selama kehamilan
Kehamilan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis. Meskipun pada beberapa wanita, nafsu seksual meningkat sepuluh kali lipat karena hormon kehamilan, wanita lainnya menemukan perubahan tubuh mereka sulit untuk diterima dan kehilangan kepercayaan diri.

Ada beberapa mitos, misalnya seks di akhir kehamilan bisa memicu persalinan prematur. Terlepas dari wanita berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, seks selama kehamilan tidak dilarang. Bahkan, beberapa penelitian Amerika mengatakan bahwa kehidupan seks yang aktif menyebabkan kehamilan yang mulus bahkan bisa memberikan perlindungan terkait kelahiran prematur.

Menemukan kembali sensualitas
Setelah bayi lahir, beberapa hal dapat menghentikan hubungan seksual bahkan hubungan emosional. Kelelahan berhubungan dengan kehamilan dan merawat bayi dapat berarti Anda perlu lebih banyak tidur daripada melakukan hubungan seks. Selain itu, malam-malam yang sulit sering diselingi oleh tangisan bayi ... dan takut membangunkan bayi tidur juga dapat membatasi aktivitas seksual Anda.

Beberapa orang juga akan merasa khawatir setelah episiotomi (operasi minor untuk melebarkan jalan lahir) dan rasa sakit yang terkait di daerah antara vagina dan anus. Jangan ragu untuk berbicara dengan dokter tentang ketakutan Anda.

Berat badan yang meningkat selama kehamilan juga dapat membuat wanita merasa tidak percaya diri dan menunda berhubungan seks. Jika ada masalah berat badan, diet dan berolahraga akan membantu ibu baru merasa lebih bahagia tentang tubuhnya.

Bagaimana dengan posisi ayah?
Para ibu baru dan bayi dengan cepat mengambil perhatian semua orang. Teman-teman dan keluarga berkerumun di sekitar tempat tidur untuk melihat sekilas bayi yang baru lahir dan meyampaikan kekaguman bagi ibu baru yang berbahagia . Namun, bagaimana peran ayah baru dalam semua ini? Dihadapkan dengan ketidaktertarikan orang lain, beberapa ayah baru bisa secara tidak sadar merasa cemburu terhadap bayi yang memonopoli semua cinta dan perhatian ibu serta orang lain.

Selain itu, untuk pasangan dengan beberapa anak, waktu berkualitas untuk “berdua” akan dipenuhi dengan agenda belanja, pekerjaan rumah, cerita pengantar tidur, cemilan sore hari dan pesta ulang tahun. Cari waktu untuk berdua (seperti keluar saat akhir pekan atau makan romantis di sebuah restoran) akan membantu menghidupkan kembali api asmara dan biarkan pasangan Anda tahu bahwa ia masih merupakan sosok yang sangat penting dalam hidup Anda, bahwa Anda sangat membutuhkannya.

Prioritaskan hubungan dengan pasangan
Perubahan dari pasangan yang mesra hingga penambahan peran orangtua dapat memengaruhi kehidupan seks pasangan. Beberapa pasangan akan merasa sulit melakukan transisi ini dari dua sejoli untuk sepenuhnya menjadi orangtua yang matang.

Agar kehidupan seks tidak terkesampingkan, Anda dan pasangan harus mencari waktu berdua untuk mengeksplorasi satu sama lain dan merasa bergairah lagi. Komunikasi terbuka dengan pasangan tetap menjadi kuncinya. Jangan biarkan perasaan tak terucap mengambil alih atau masalah seksual membuat frustasi, dan kecewa.

Masalah seksual muncul ketika bayi baru memasuki keluarga hanyalah mitos. Ini biasanya lebih merupakan masalah bagaimana meluangkan waktu dan membuat sedikit usaha untuk menemukan kembali asmara yang tersembunyi di balik peran sebagai orangtua.

Seks Saat Haid Picu Kematian Mendadak



DuniaFitnes.com – Sabtu, 19 Januari 2013 16:37 WIB - Tak bisa dipungkiri bahwa bercinta atau berhubungan seks adalah aktivitas yang paling menyenangkan bagi banyak orang. Selain meningkatkan keharmonisan rumah tangga, hubungan seks juga meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan.

Penelitian juga menyebutkan bahwa berhubungan seks dapat membakar kalori lebih banyak sekaligus meningkatkan kesentung, sehingga cocok bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan. Meski berhubungan seks adalah aktivitas yang menyehatkan, Anda perlu mengetahui kapan waktu yang tepat dan sehat untuk melakukannya. Tidak sedikit pasangan yang melakukan aktivitas seksual saat si wanita sedang mengalami menstruasi / haid. Padahal pada masa ini berhubungan seks bisa sangat berbahaya. Mengapa?
 
Laura Berman, PhD, seorang pakar seks dan terapis dari Feinberg School of Medicine, Northwestern University, Chicago mengatakan, berhubungan seks saat haid dapat merugikan kesehatan kedua pasangan. 

Beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi akibat melakukan seks saat haid antara lain:

Penyakit Menular Seksual
Saat wanita mengalami menstruasi leher rahim akan terbuka. Terbukanya leher rahim tersebut dapat mempermudah kuman dan bakteri masuk bahkan menyebar hingga ke rongga panggul. Wanita juga berpotensi tertular virus HIV dan hepatitis jika melakukan hubungan seks saat menstruasi.

Risiko Infeksi
Saat menstruasi, dinding vagina akan mengalami inflamasi atau pembengkakan sebagai proses alami tubuh. Saat inflamasi terjadi, lapisan dinding rahim akan mengalami peluruhan berbarengan dengan keluarnya darah haid. Darah tersebut merupakan media yang berpotensi mengembangkan kuman dan bakteri yang bisa mengakibatkan infeksi saluran kencing, sperma, dan prostat pada pria.

Endometriosis
Istilah tersebut pasti masih asing di telinga Anda. Endometriosis mengacu pada pertumbuhan sel-sel di luar endometrium (dinding rahim) atau di tempat lain. Dalam tingkat lanjut pertumbuhan sel-sel tersebut akan memicu rasa nyeri saat haid, atau biasa disebut dengan dismenore. Salah satu faktor penyebab endometriosis adalah regurgitasi atau aliran balik darah haid dari dalam rahim ke saluran indung telur dan masuk ke dinding perut. Ini dapat terjadi jika Anda melakukan hubungan seks saat haid. Tak hanya itu, risiko infeksi juga semakin meningkat baik pada pria maupun wanita. Tingkat keasaman dan kemampuan lendir vagina untuk melawan bakteri saat berhubungan seks akan mengalami penurunan, sehingga berpotensi mengembangkan bakteri dan kuman yang membahayakan kesehatan. 

Sudden Death
Gerakan penis pada saat berhubungan seks di masa haid juga bisa menjadi pemicu terjadinya gelembung udara ke pembuluh darah yang terbuka. Para ahli medis mengkhawatirkan, jika emboli atau gelembung udara tersebut masuk ke dalam pembuluh darah maka akan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan bisa mengakibatkan “sudden death” atau mati mendadak. Oleh karena itu, sebaiknya hindari berhubungan seks saat haid. Jika Ada tidak bisa menahan hasrat seksual, temukan teknik bercinta lain yang lebih aman dan sehat untuk dilakukan. Selalu komunikasikan permasalahan seksual Anda bersama pasangan dan temukan jalan keluar terbaik demi keharmonisan hubungan Anda. (dan)





Ingin Perbesar Payudara? Yuk, Konsumsi Tanaman Herbal Ini!


Memiliki payudara yang besar memang impian setiap wanita. Meski kebanyakan wanita memilih untuk operasi, ada banyak juga yang beralih ke konsumsi makanan sehat untuk meningkatkan ukuran payudara.

DuniaFitnes.com – Senin, 21 Januari 2013 - Kacang merah, produk susu, kacang polong split, peterseli, wortel, bawang, mentimun, buah, asparagus, selada dan kacang-kacangan adalah beberapa makanan yang dapat meningkatkan ukuran payudara secara alami. Makanan yang kaya mangan dan bromin, seperti jahe, bawang putih, udang, beras merah, pir dan almond, juga makanan yang sehat untuk payudara. Selain makanan, ada beberapa tanaman herbal yang bisa meningkatkan ukuran payudara. Fenugreek misalnya, adalah salah satu ramuan terbaik untuk meningkatkan ukuran payudara secara alami. 

Pada zaman kuno, wanita-wanita di Mesir dan Turki biasa memijat payudara mereka dengan pasta yang terbuat dari biji fenugreek. Benih-benih fenugreek mengandung diosgenin, suatu senyawa kimia seperti steroid yang berbentuk sintetis dari estrogen (hormon seks wanita). Kurangnya estrogen dan progesteron (hormon seks pria) pada wanita menyebabkan payudara yang kecil. 
 
Inilah obat herbal alami dan efektif yang Anda bisa coba sendiri, seperti dikutip Boldsky.com:

1. Fenugreek
Fenugreek dapat meningkatkan ukuran payudara dan memperbesar dengan diosgenin. Rendam benih fenugreek semalaman dan gunakan benih tersebut untuk memijat payudara demi mendapatkan payudara yang besar dan alami.

2. Fennel (Adas)
Tanaman ini memiliki anethole, dianethole dan photoanethole, senyawa yang meningkatkan estrogen dalam tubuh. Fennel atau Adas ini juga memiliki phytoestrogen, senyawa mirip dengan estrogen yang menstimulasi pertumbuhan payudara dan meningkatkan produksi susu untuk ibu menyusui.

3. Blessed Thistle
Tanaman ini meningkatkan aliran darah ke jaringan payudara. Ini juga merangsang sistem reproduksi wanita dan membantu pencernaan.

4. Star Anise (Bunga Lawang/Pekak)
Herbal ini sering dibuat teh untuk menurunkan berat badan. Ramuan herbal yang berasal dari China ini juga dapat meningkatkan ukuran payudara Anda secara alami. Bunga lawang ini memiliki estrogen yang mempengaruhi senyawa di dalamnya.

5. Licorice (Akar Manis)
Licorice mengandung anethole, dianethole dan photoanethole. Senyawa ini meningkatkan hormon estrogen dan prolaktin.

6. Wild Yam (Umbi Uwih)
Ramuan lain yang populer yang digunakan sebagai tonik untuk pembesaran payudara alami. Tambahkan ramuan herbal ini dalam teh Anda untuk mendapatkan payudara berisi dan lebih besar.

7. Pueraria Mirifica (Kwao Krua Putih)
Ini adalah salah satu bahan yang paling efektif ditemukan di banyak krim pembesaran payudara, seperti pada lotion maupun pil.

8. Dong Quai (Tang Kuei)
Tanaman yang bisa merangsang produksi fitoestrogen dan pertumbuhan jaringan baru pada payudara. Dong Quai juga bersifat menenangkan diri akibat perubahan mood.

9. Saw Palmetto
Tanaman herbal ini juga dikenal sebagai ramuan untuk penyakit prostat pada pria. Kandungan palmetto digunakan sebagai obat alami untuk penyakit payudara. (jay)